Psikologi Lingkungan dan Masa Depan Kita
Sartana, M.A.
Dosen Psikologi Sosial di Departemen Psikologi Universitas Andalas
SEMESTER ini, saya mendapat kesempatan untuk mengajar mata kuliah psikologi lingkungan lagi. Sebelumnya, saya pernah mengajar mata kuliah ini. Sekitar lima tahun yang lalu, sebelum saya mengikuti tugas belajar. Saya senang mendapat kesempatan mengajar mata kuliah ini. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir, dunia sedang dibanjiri oleh berbagai berita dan fakta tentang ancaman lingkungan terhadap kesejahteraan manusia.
Di tengah situasi demikian, saya berpikir, keberadaan psikologi lingkungan menjadi penting dan relevan. Psikologi sebagai ilmu perilaku dapat menjelaskan berbagai jenis perilaku manusia yang turut berkontribusi bagi terjadinya krisis lingkungan. Di sisi lain, ilmu psikologi juga dapat menawarkan dan mendorong jenis-jenis perilaku yang dapat mendukung kondisi lingkungan yang aman, nyaman dan berkelanjutan.
Bila kita cermati, sebagian besar sumber masalah lingkungan saat ini sebenarnya berasal dari perilaku manusia. Lingkungan yang rusak dimulai dari pikiran, perasaan, motivasi atau sikap manusia terhadap lingkungan, yang semua itu kemudian mewujud dalam berbagai perilaku yang tidak pro terhadap lingkungan. Ini barangkali sudah menjadi hal kita pahami dalam kehidupan sehari-hari. Namun penjelasan ilmiah terhadap perilaku itu masih kurang dan belum banyak dipahami banyak orang. Dalam psikologi lingkungan, bagian ini yang hendak dikaji dan didiskusikan.
Kita bisa ambil contoh bagaimana perilaku manusia memengaruhi lingkungan. Maraknya kasus perusakan lingkungan selama beberapa tahun terakhir, terjadi karena sikap dan perilaku manusia yang tidak tepat, baik di masa lalu maupun saat ini. Sebagian perilaku tersebut mungkin disadari, namun sebagian besar terjadi tanpa disadari. Banyak tindakan yang merugikan lingkungan itu dilakukan secara individual, tetapi tidak sedikit juga yang dilakukan secara kolektif. Bahkan, sebagian perilaku merusak tersebut sudah menjadi bagian dari pola kebiasaan dan budaya yang berkembang.
Pemanasan global adalah isu lingkungan yang nyata dan kita hadapi saat ini. Bila beberapa tahun lalu, orang mungkin masih menganggapnya sebagai ilusi atau hoaks; selama beberapa waktu terakhir kita sudah merasakan keberadaannya. Ia tercermin dari suhu yang menyengat di berbagai daerah, musim yang tidak pasti, hingga kelangkaan pangan yang menyebabkan harga kebutuhan pokok naik. Penting untuk diingat bahwa pemanasan global bukanlah fenomena alami, melainkan timbul karena akumulasi perilaku lingkungan manusia secara kolektif.
Pemanasan global yang terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi timbul karena aktivitas manusia yang berdampak pada alam. Ia berbeda dengan gunung api yang meletus atau tsunami karena gempa bumi. Pemanasan global dapat terjadi karena perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan, seperti penggundulan hutan, penggunaan bahan bakar fosil, atau dari kegiatan industri. Berbagai aktivitas tersebut meningkatkan emisi gas rumah kaca yang kemudian menjebak energi panas matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa. Panas yang terjebak di atmosfer ini yang meningkatkan suhu di bumi.
Pengaruh perilaku manusia memang tidak langsung terkait dan terlihat pada berbagai gejala kerusakan alam tersebut. Sehingga banyak orang kemudian juga tidak menyadari bahwa mereka memiliki kontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Pun demikian posisi psikologi lingkungan dalam kajian dan isu tentang lingkungan. Ia tidak cukup dipertimbangkan karena perannya dianggap minor.
Sementara paparan sebelumnya menunjukan bahwa perilaku manusia menjadi kunci bagi keberlanjutan kehidupan bumi. Bagi lingkungan yang lestari. Untuk menyelamatkan masa depan, manusia secara kolektif harus mengubah perilakunya, beralih dari perilaku yang cenderung merusak lingkungan menjadi perilaku yang pro-lingkungan. Untuk mencapai perubahan perilaku kolektif itu, intervensi untuk memodifikasi perilaku tersebut diperlukan, karena perubahan tersebut tidak mungkin kita harapkan terjadi secara alami.
Dalam usaha untuk memodifikasi perilaku lingkungan masyarakat tersebut psikologi lingkungan dapat terlibat dan berkontribusi. Karena psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia berperilaku. Mengenai elemen-elemen perilaku, faktor yang memengaruhi perilaku, juga dinamika munculnya sebuah perilaku. Termasuk berbagai pendekatan dan metode untuk melakukan modifikasi perilaku.
Modifikasi perilaku tidak hanya dapat dilakukan pada skala kecil, misalnya pada individu atau kelompok. Modifikasi perilaku juga dapat dilakukan pada skala besar, misalnya pada tingkat nasional. Namun, untuk melakukan modifikasi perilaku pada skala besar ini, ahli psikologi harus mengerjakannya bersama dengan pihak-pihak lain yang memiliki sumber daya untuk mengelola masyarakat.
Pada saat ini, intervensi pada skala makro itu dibutuhkan. Karena banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki kontribusi terhadap kerusakan lingkungan, modifikasi perilaku lingkungan skala mikro tidak akan banyak membawa perubahan. Modifikasi harus dilakukan pada skala makro. Harus ada gerakan yang massif untuk mengubah narasi, wacana, dan perilaku masyarakat supaya kita memiliki budaya dan kebiasaan yang pro-lingkungan.
Dalam kaitannya dengan perilaku lingkungan masyarakat tersebut, psikologi lingkungan dapat menjadi kerangka paradigma dan rujukan untuk memahami hingga mengintervensi. Psikologi lingkungan dapat memberikan kerangka penjelasan dan panduan tentang bagaimana perilaku pro-lingkungan dapat dibentuk dan diarahkan dalam konteks ini. Itu sebabnya, ketika penulis mengajar mata kuliah psikologi lingkungan serasa penulis sedang terlibat dalam usaha besar untuk menentukan masa depan, sehingga penulis merasa senang. (*)